Kematian dianggap sebagai ujian, cobaan,
musibah dan sejenisnya, itu biasa saya dengar. Tapi, kematian disebut nikmat...
itu luar biasa...How can be? Bagaimana bisa kematian disebut
nikmat? Dan karenanya harus kita syukuri?
Dalam surat Ar Rahman, Allah mengulang-ngulang pertanyaan "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Setiap kali Dia menyebutkan suatu nikmat, maka pertanyaan tersebut akan mengikutinya.
Dalam surat Ar Rahman, Allah mengulang-ngulang pertanyaan "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Setiap kali Dia menyebutkan suatu nikmat, maka pertanyaan tersebut akan mengikutinya.
Maka membaca ayat ke 26 sampai 28, yang
artinya, "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?”, kita bisa memahami bahwa kematian/kebinasaan
adalah termasuk nikmat Allah Swt. Dan hanya oleh orang-orang yang kafir dan
keras kepala saja yang mengingkari nikmat tersebut.
Mengetahui bahwa yang menyebut kematian sebagai nikmat adalah Sang Pencipta kematian, tidak ada pilihan kecuali percaya bahwa memang kematian adalah nikmat.
Mengetahui bahwa yang menyebut kematian sebagai nikmat adalah Sang Pencipta kematian, tidak ada pilihan kecuali percaya bahwa memang kematian adalah nikmat.
But, how can be??? Inilah beberapa jawabanya
:
Dikatakan nikmat, karena kematian
mengingatkan kita akan nikmat kehidupan. Dan sesuatu yang mengingatkan akan
nikmat maka ia adalah nikmat. Sebagaimana kata pepatah arab, 'tu'roful
asyyaa' biadldaadihaa' "Sesuatu diketahui dengan kebalikannya.
Seperti warna putih memperjelas keberadaan warna hitam.
Jika demikian adanya, maka sesungguhnya
segala ketidaknikmatan yang diciptakan oleh Allah, sejatinya adalah juga
kenikmatan. Karena ia memperjelas kenikmatan yang sesungguhnya. Sakit
memperjelas nikmat sehat. Rasa lapar memperjelas nimat kenyang.Tidak punya uang
memperjelas nikmatnya punya uang. Tidak punya anak memperjelas nikmatnya punya
anak. Tidak punya suami/istri memperjelas nikmatnya punya pasangan yang halal, dst.
Kematian disebut nikmat juga karena merupakan
pengingat yang paling ampuh, dan pelajaran yang paling berkesan. Hanya dengan
kematian sesorang manusia menyadari bahwa hidup di dunia tidak kekal adanya.
Hanya dengan kematian, manusia menyadari kelemahan dirinya. Bukankah kematian
tidak ada obatnya? Bahkan tidak dapat diundur atau dimajukan? Tidak ada
seorangpun betapapun berkuasanya mampu melawan dan menghindar dari kematian.
Subhanallah...kematian sungguh sebuah nikmat, dan Maha benar Allah yang
berfirman,"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?".
Selain itu, kematian adalah tawaran bonus. Sebuah janji bersyarat. Bukankah jika kita bersabar dan berserah diri ketika menghadapi kematian orang2 yang kita cintai, dapat mengantarkan kita kepada pahala yang sangat besar? Adakah yang mengingkari bahwa tawaran bonus seperti ini merupakan nikmat?
Selain itu, kematian adalah tawaran bonus. Sebuah janji bersyarat. Bukankah jika kita bersabar dan berserah diri ketika menghadapi kematian orang2 yang kita cintai, dapat mengantarkan kita kepada pahala yang sangat besar? Adakah yang mengingkari bahwa tawaran bonus seperti ini merupakan nikmat?
Tidak ada kepedihan yang melebihi kehilangan
mereka yang kita cintai. Oleh karenanya bonus pahalanya juga sangat besar. Dan
tawaran bonus ini banyak diterima manusia, tapi hanya sedikit diantara mereka
yang berhasil mendapatkan bonusnya (semoga kita termasuk yang sedikit itu,
amin)
Sebab lain adalah, kematian bukanlah akhir
kehidupan. Tapi hanya sebuah perpindahan. Pindah dari kampung amal menuju
kampung balasan. Di sanalah seorang mukmin akan mendapat balasan atas keimanan
dan kebaikanya. Dan orang kafir akan mendapatkan balasan atas kekafiran dan
kedurhakaanya.
Maka benar firman Allah, hanya orang kafir
lah yang akan mengingkari nikmat kematian. Karena kematian baginya adalah awal
penderitaan panjang tak berujung. Penderitaan yang tidak memungkinkan baginya
untuk menyebut kematian sebagai sebuah nikmat.
Sebaliknya, seorang mukmin merasakan kematian
sebagai sebuah nikmat. Karena hanya lewat gerbang kematianlah seorang mukmin akan
mendapatkan kebahagian abadi dalam keredloan Tuhannya. Hanya dengan kematian
seorang mukmin terlepas dari segala penderitaan dunia, kesengsaraan, fitnah,
ujian dan penyakit-penyakit dunia.
Imam Bukhori dan Muslim dalam shahihnya
meriwayatkan dengan sanad mereka, dari Abi Qatadah bin Rab’i, bahwa Rasulullah
Saw suatu ketika dilewati oleh jenazah sesorang, lalu beliau bersabda, “Yang
beristirahat atau yang mengistirahatkan”. Para sahabat bertanya, “Apakah maksud
yang beristirahat dan yang mengistirahatkan, wahai Rasulullah?”. Rasulullah Saw
bersabda,”Hamba yang mukmin beristirahat dari segala urusan dunia. Sedang hamba
yang durhaka mengistirahatkan manusia, hewan, tumbuhan dan alam dari
kedurhakaannya.”
Berapa sering Alloh memutuskan keangkuhan
para dictator lewat kematian. Menghempaskan mereka dari kemewahan istana menuju
kegelapan dasar kubur. Dari keramaian massa
dan pengawal menuju sebuah rumah yang terkunci pintunya. Rumah yang dijaga oleh
ulat-ulat. Dengan kematian mereka, manusia menjadi tenang, negara menjadi
tentram , bahkan hewan dan alam pun menjadi damai.
Allah SWT berfirman, “Maka langit dan bumi
tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh.” (QS Ad Dukhan ayat
29).
Allah SWT juga berfirman, “Maka orang-orang
yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.” (QS Al An’am ayat 45).
Dan seandainya Allah tidak menentukan
kematian bagi makhluk hidup, niscaya dunia ini akan menjadi museum terbuka bagi
penghuninya. Si A umurnya 500 tahun, si B umurnya 2000 tahun, si C umurnya 7000
tahun. Dan dengan demikian dunia akan penuh sesak dengan penghuninya, dan akan
menjadi beban berat bagi negara dan pemerintah. Sungguh, jika bukan karena
kematian, tentulah tidak ada kehidupan.
Bahkan jika ada 2 ekor lalat saja yang
berkembang biak selama 5 tahun tanpa kematian, niscaya lalat-lalat itu akan
membentuk lapisan berukuran 5 cm di seluruh permukaan bumi. Dari sinilah maka
kematian sungguh adalah nikmat dari Allah Swt, karena dengan kematian lah alam
menjadi seimbang.
Akhirnya, harapan kita hanya satu, semoga
kita dapat 'mensyukuri' nikmat kematian ini, baik ketika ia merenggut mereka
yang kita cintai atau ketika merenggut nyawa kita sendiri. Amin Ya rabbal
alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar