f

Senin, 07 November 2011

Etalase moksa diam mengenyam Lupa luruh meruntuh diam

Siapa mereka di ujung jalan itu ??
Yang aku kira hanya rembang senja
Ataukah hentakan terang taringmu
Usapku dalam,mendingin kaku di setapak itu
Ku kira mengira sekadar sapa
Anggun sungguh ikatan rantai abadi
Nian memikat melekat erat di kantong retinaku
Inilah itu pada ruang relung jiwa jiwa yang merenung

Serangkai tangkai mawar ku cumbu: sangat telak
Enggal terpingkal lunglai lagunya
Nila ku titik sedikit kernyitkan dahi dahi
Queen ku ratu ku
Apa anehnya ??
Lemah memerah ramah dalam,yang ku sebut itu lubang kita

Hari mau sungguh asyik tuk berjalan bergandeng tangan
Al kisah tentang tenteng tangan haus mereka
Siapkan senjata rombeng pada parodi sekawan
Yang kudengar di perantauan rimba ku
Inilah rumah kosong “afterlive” menyilang rona
Melingkar dalam,bersatu dan bersama

Regenerasi ringkas meretas pada moksa moksa rindu
Edukasi yang pasti tak terdapat di sekolah-sekolah maupun skripsi
Zamrud pun ku kira iri
Angin pun “tahu” bukan sekedar “tahu”

Pelajaran singkat menyingkat sajak sejuk kubang rindu
Akan pilu yang terkatub kitab yang mengutip segala apa
Hanya dari simbiosis mutualisme sajalah
Legam logam yang kau genggam itulah: moksa
Elastisitas gaya pegaslah peredam kejut itu
Fantasi yang terkadang luput oleh lembayung malam
Ingkarkan terang yang terbit esok: terdiam mengenyam seloroh kata

Melena dari arah multazamku ayang yang sungguh menggerayang
Irama ku taruh pada senar-senar rambut harpaku
Cikal cerita ujung pantai kata mereka
Hidangkan saji dalam tudung yang serupa baris dan sajak
Antara sendi-sendi lempengan bahasa itu
Elakkan segala tentang siapa aku, kamu, dia, jg mereka
Lingkarkan huruf huruf biarkan tercecer menjadi titik

Pijarkan rasa tuk terpatri dalam masing diri
Alunan melodi dari senar-senar harpaku yang kan mengantar
Tepat di mana tempat untuk merapat kita terdapat
Tinggal sisa sia serpihan serpihan tentang jiwa bocah
Intuisi sajak meremang pada generasi generasi lusa
Selalu setia sampai senggot-senggot mereka ringankan namun tak berkurang
Eratkan rindu pada malam melintang miliknya nan memeluknya
Lumatkan sendu sedu sedan berpasrah di atas tanahnya
Angkat tangan demi harapan yang dalam dekap degup jantung
Nyamanmu lah tersuguh ramah,melemah tubuh rapuh: tersimpuh
Ompong melawai lambai riang segala sajak yang terbang

Artikan ringkas lalu melawas luas
Akhir sebuah cerita sunyi dalam gulita

“kembali”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar